Langsung ke konten utama

Cerpen “Pertemuan”


“Pertemuan”
Oleh Aprilia Maorin

Hiruk pikuk suasana diaula sekolah hari ini terasa bergemuruh. Hari ini salah satu sekolah di kota ku tengah melaksanakan acara pentas seni, dan  aku diundang ke acara ini. Namun ini bukan undangan pribadi, melainkan undangan untuk komunitas “Mudaya” Anak Muda Pecinta Budaya, salah satu komunitas yang sedang ku ikuti saat ini, kami biasa datang dalam acara yang berbau seni, kami terkadang datang sebagai penikmat namun juga terkadang sebagai pengamat, tugas kami yaitu meliput acara seni yang tengah berlangsung, dan sekaligus memperkenalkan seni kepada orang – orang melalui komunitas kami. Kebetulan pada acara ini, aku yang mewakili komunitasku untuk meliput acara ini. Jujur ini pertama kalinya aku meliput seorang diri pada sebuah acara, karena biasanya kami akan datang ke acara seni secara bergerombolan, karena disamping ingin meliput acara kami juga ingin mengenalkan komunitas kami kepada orang – orang khususnya anak muda.
Aku datang ke lokasi sesuai jadwal yang telah disampaikan Bang Jo kepadaku, dia adalah ketua komunitas Mudaya, dan aku datang bersama kuda besi ku yang telah setia menemaniku. Sesampainya didepan aula, semua terlihat sibuk dengan urusan masing – masing, aku hanya menganggap, oh mereka terlalu sibuk karena acara akan dimulai sebentar lagi, dan sekarang aku sendiri, benar – benar sendiri karena tidak satupun orang yang ku kenal disini, padahal setidaknya ada satu orang yang bisa ku ajak bicara, dan orang yang mengerti tentang acara yang berlangsung ini, agar aku bisa bertanya tentang tema pentas seni kali ini, dan apa tampilan yang ditonjolkan dalam acara ini. Sehingga aku bisa menyiapkan peralatan tempurku, yaitu sebuah kamera dan tiangnya sebelum acara dimulai. Aku hanya berdiri santai dengan tas yang masih ku tenteng dibahu kanan ku. Tak lama kemudian, datanglah seorang gadis berpakaian seragam seperti orang - orang yang sedang sibuk disekitar ku saat ini. Gadis dengan perawakan mungil dan berlesung pipi. Manis, satu kata yang bisa menggambarkannya saat ini.
“Maaf nama kakak Leonata Asyraf Maulana kan dari Mudaya ?,” tanya sang gadis. Gadis itu terlihat kesusahan menyebut nama tengah Leonata dieja asraf atau assiraf. Leo ingin tertawa namun pasti akan membuat atmosfer keduanya semakin canggung, karena pasti sang gadis akan merasa malu atas pelafalan nama yang kurang tepat itu.
“Iya, biar mudah panggil Leo saja,” balas Leo sambil mengulurkan tangan hendak bersalaman dengannya, namun sang gadis hanya tersenyum sambil menangkupkan kedua tangannya didepan dada.
Wah bukan gadis sembarangan ternyata.
“Oke kak Leo kenalin, nama saya Anara Dwiatmaja, bisa dipanggil Nara, salah satu panitia acara ini, dan saya sekarang bertugas menjadi LO kak Leo, atau intinya saya yang menjadi asisten pribadi kakak selama acara ini. Jadi nanti kalo kakak butuh apa – apa, kakak bisa langsung hubungi saya. Ayo kak, kita masuk ke aula, karena akan ada briefing terlebih dahulu sebelum acara dimulai,”ucap nara menjelaskan.
Setelah aku mengikuti acara briefing tadi yang dapat kusimpulkan adalah, aku hanya meliput bagian puncak dari acara yang menarik. Dan gadis itu, sepenuhnya ditugaskan untuk menemaniku hari ini, dari awal hingga akhir acara. Aku harus bisa mengubah suasana agar lebih bersahabat, karena hasil kerja yang baik didukung oleh lingkungan dan rekan kerja yang baik bukan ?, begitupun dengan ku saat ini, tidak mungkin kami hanya diam membisu selama acara ini berlangsung. Akhirnya aku memulai percakapan ringan dengannya.
“Eh kalo boleh tahu, kamu sekarang kelas berapa?”, tanyaku.
“Saya sekarang kelas 12 kak, kakak sekarang kuliah atau kerja ?”jawabnya balik bertanya.
“Wah bentar lagi bakalan jadi anak kuliahan dong, oh kalo saya sekarang lagi kuliah di Yogyakarta, rencananya mau kemana?,”tanyaku sembari membersihkan lensa kamera.
“Hehehe iya kak bentar lagi bakalan jadi anak kuliahan, rencana nya sih pengen ke Malang, kakak di UGM ya ?,” tanya Nara lagi.
“Iya di UGM, kamu kenapa nggak di UGM aja?,”tanya ku lagi.
“Saya emang pengen di Malang kak, soalnya masih ada keluarga disana dan diizinin nya disana”jawabnya.
Ternyata orangnya cukup bersahabat, karena setiap apa yang kutanyakan ia pun menanyakan ku kembali, ia cukup ramah, bukan hanya pada ku, tapi pada semua orang, buktinya saat ada menyapanya sebisa mungkin ia akan balas menyapa dengan tersenyum ramah. Menarik. Satu kata yang melambangkan sosok Nara di mataku, ia tidak seperti kebanyakan gadis saat ini, yang mengikuti trend kekinian, yang terkadang tampil wah, hanya untuk sebuah pujian, tapi ia tampil sederhana, dengan balutan pakaian seragam panitia yang dipadukan dengan jilbab warna senada, dan sepatu kets yang melekat dikakinya. Ia gadis yang ramah, dan ia gadis yang baik, terlihat dari bagaimana ia berbicara dan bersikap, karena bagaimana karakter seseorang terkadang bisa dilihat dari tutur kata dan sikapnya, termasuk Nara, saat ini aku menyimpulkan bahwa dia gadis yang baik. Pertemuan pertama ku hari ini dengan nya, termasuk pertemuan yang mengesankan bagi ku. Oh kurasa aku menyukai karakternya untuk saat ini, tapi aku tak tahu nanti.
Acara pentas seni hari ini berjalan lancar dan tugas ku untuk mendokumentasikan acara ini telah selesai, mungkin sekarang aku bisa pamit pulang karena waktu telah menunjukkan pukul 17.30 WIB, orang – orang masih sibuk berlalu lalang disini, ada yang masih sibuk dengan berfoto ria dengan teman – temannya, juga ada yang sibuk membereskan kursi – kursi penonton dan sampah yang berserakan, oh itu pasti panitia, dan mata ku menangkap keberadaan Nara yang sedang sibuk memotret panitia yang lain. Kenapa mata ku rasanya susah berpaling dari sosok nya, mumpung kamera belum ku simpan aku memotret dirinya dari kejauhan, saat ia sedang sibuk melihat hasil jepretan kameranya. Cukup satu foto, ia terlihat sempurna seperti ini.
Disaat aku sibuk membereskan peralatan ku, ia datang sambil membawa map dan tas ditangannya.
“Kak, udah siap – siap mau pulang ya?, ini untuk kakak dari panitia, terima kasih sudah datang dan mendokumentasikan acara kami, mohon maaf apabila selama saya menjadi LO kakak diacara ini, banyak kekurangan dan kurang memuaskan” ucap Nara sembari memberikan map dan tas yang dibawanya.
“Iya, nggak apa – apa, terima kasih juga sudah mengundang komunitas Mudaya di acara ini, semoga kedepannya lebih baik lagi, terima kasih juga untuk souvenirnya ya”ucapku.
 “Eh iya saya pulang duluan ya, untuk hasil dokumentasinya nanti bisa langsung ke email Mudaya, atau mau langsung ke saya juga bisa konfirmasi aja dalam 3 hari ini ya” ucap ku
“Iya kak hati – hati, sampai jumpa” ucapnya sambil melambaikan tangannya.
Akhirnya aku melajukan motorku dengan kecepatan sedang, membelah keramaian jalanan sore ini, inilah kota ku tempat dimana aku dilahirkan, aku memutuskan tidak langsung pulang, karena aku ingin menyegarkan mata dengan melihat – lihat pemandangan sekitar, adakah perubahan dengan kota ku ?,  selama kurun waktu 1 tahun, atau sama saja saat aku pergi. Sepertinya tidak banyak perubahan, melainkan bertambah padat menurutku. Kendaraan mengantri sesak ingin berebutan melaju lebih dulu, sang pengendara kuda besi pun tak mau kalah, menyelip disisi kendaraan lain. Ah itulah manusia berpacu liar mengejar dunia yang tak ada habisnya. Aku memilih merehatkan tubuh ku sejenak di sebuah cafe yang tak terlalu ramai kelihatannya, yaitu di Teman Kopi, seperti namanya, sudah pasti menu utama disini adalah kopi. Karena aku bukan pecinta dan penikmat kopi, jadi aku tak tahu menahu soal kopi, jadi aku hanya memilih aman saja untuk memesan secangkir cappuccino latte. Sembari menunggu pesanan datang, aku memilih untuk mengamati cafe ini, cafe yang cukup menarik menurutku, dengan tampilan sederhana, dengan meja dan kursi yang keseluruhannya terbuat dari kayu, bertemakan vintage.
            Tak lama pesanan ku datang, mencoba menjadi penikmat dengan menikmati aroma kopi dan menyesap perlahan. Terasa nikmat sekali, namun aku tak bisa berlama – lama dicafe karena hari telah menjelang petang dan sebentar lagi waktu maghrib tiba, aku memutuskan untuk pulang setelah menikmati secangkir kopi yang ku pesan tadi.
            Setelah menyusuri jalanan kurang lebih 10 menit, aku sampai dirumah yang menjadi tempat ku kembali, karena percayalah kemanapun kamu pergi rumah tetap lah tempat ternyaman untuk mu kembali. Sesampainya dirumah, aku langsung menuju kamar, membaringkan diri sejenak, sembari mengingat kejadian tiap kejadian yang terjadi hari ini. Yang awalnya aku merasa menyesal hadir sendiri untuk meliput acara pentas seni hari ini, sampai akhirnya aku merasa beruntung bisa hadir diacara pentas seni hari ini, karena mungkin jika bukan aku yang datang mewakili komunitasku, aku tak akan bisa berjumpa dengan Nara, gadis sederhana penyejuk jiwa. Dia tidak cantik, tapi dia manis, dan sikapnya membuat orang mudah jatuh hati padanya. Termasuk aku.
            Kesibukanku akhir – akhir ini disamping mengikuti komunitas Mudaya, aku terkadang juga sering membuat  konten video motivasi di youtube. Setidaknya aku bisa mengisi waktu luang dengan kegiatan yang positif. Aku orang yang mudah bosan, jika aku bosan biasanya aku akan mengalihkan ke kegiatan yang lain. Seperti saat ini, aku merasa bosan mengedit video. Dan aku memilih untuk membaca buku perjalanan, setidaknya sampai rasa bosan ini terkalahkan.
Entah terlalu asik membaca atau bagaimana, tak terasa aku telah tertidur selama kurang lebih 2 jam. Waktu yang cukup panjang untuk tidur siang kali ini. Sudah menjadi kebiasaanku  jika bangun tidur, benda yang pertama kali ku cari adalah hp ku, sejak semalam aku tak sempat mengecek ponsel pintar ku. Dan sekarang notifikasi hp ku dibanjiri oleh pesan whatsApp. Seperti biasanya, chat yang membanjiri ponsel ku setiap hari adalah chat grup, mulai dari grup teman kampus, grup komunitas, ditambah grup – grup lain yang masih banyak lagi. Ada satu chat yang sedikit berbeda, tidak ada nama pengirim hanya terpampang nomor WA nya saja.
Assalamualaikum, hai kak Leo , ini saya Nara LO kakak di acara Pentas Seni kemarin, maaf mengganggu, gimana kak dokumentasinya kak? Kira – kira kapan bisa saya ambil kak, saya mau konfirmasi lewat email Mudaya tapi saya nggak tahu alamat emailnya, makanya saya konfirmasi sama kakak aja.
Oh ternyata gadis itu, meminta hasil dokumentasi acara pentas seni. Astaga aku lupa mengonfirmasi lewat email Mudaya. Tapi tak apa, dengan ini aku bisa bertemu dengannya lagi.
 Waalaikumsalam, oh iya saya juga lupa kasih alamat email Mudaya ke kamu, dokumentasinya udah saya pindahin ke laptop, tapi saya lagi nggak ada flashdisk buat ngasih kekamu, bisa pinjam flashdisk kamu untuk nyimpan dokumentasinya?
Iya kak bisa bisa, flashdisknya mau diambil kapan ?
Besok bisa?, kalau bisa kita ketemu aja di cafe depan sekolah kamu aja, jam 4 sore gimana?
Oke kak besok ya jam 4 sore. Terima Kasih kak.
            Semesta sedang baik pada ku saat ini, ia memberiku kesempatan untuk kembali bertemu dengan gadis itu. Gadis yang sederhana namun telah berhasil mengusik jiwa ku. Aku hanya berharap aku bisa bertemu lagi dengan gadis sepertinya, baik dan sederhana. Seperti janjiku kemarin hari ini, aku akan bertemu dengan gadis itu dicafe depan sekolahnya. Sebelum jam 4 aku sudah sampai disana, beberapa menit kemudian dia pun sampai. Kami memilih duduk dibagian lantai 2 cafe, agar kami sekalian bisa menikmati pemandangan sore dari atas sini. Tak berselang waktu lama kami duduk, sang pelayan cafe pun datang sambil memberikan buku menu kepada kami. Kami hanya memesan minuman.
“Ini kak flashdisknya”ucap gadis itu sambil menyerahkan flashdisknya.
            Sembari kami menunggu file dokumentasi selesai disalin, kami pun berbincang ringan. Karakter baru yang kutemui dari dirinya saat pertemuan kedua kali ini adalah, dia orang yang ceria, senyumnya tak pernah lepas dari bibirnya. Dan setiap berbicara rona kebahagiaan selalu terpancar dari wajahnya, ia bisa memberi energi positif bagi orang disekelilingnya dengan keceriaannya. Kami berbincang – bincang sembari melempar pertanyaan seputar dunia perkuliahan, ia menyerbu ku dengan pertanyaan tentang bagaimana sih dunia perkuliahan itu?, enak tidak?, susah tidak?. Pertanyaan umum yang ditanyakan orang – orang yang baru akan memasuki dunia perkuliahan. Aku menjawabnya jujur sesuai dengan apa yang kurasakan saat menjadi anak kuliahan seperti sekarang.
Tak terasa waktu telah berjalan 45 menit. Disaat aku ingin menanyakan beberapa hal lagi padanya, ia malah bertanya padaku.
“Kak, udah selesai belum nyalin videonya?, soalnya saya buru – buru, masih ada urusan soalnya”tanyanya padaku.
“Oh iya ini baru aja selesai”balasku sambil menyerahkan flashdisknya.
“Terima kasih kak, oh iya ini kak untuk bayar pesanan saya” ucapnya sambil menyodorkan uang 20 ribu padaku”
“Nggak usah biar saya aja yang bayar, kan saya yang ngajak kamu ketemu disini”ucapku.
“oh oke kak sekali lagi terima kasih, saya duluan ya kak”.
            Ia berjalan dengan tergesa – gesa, mungkin memang sedang terburu – buru. Ah yaa dia sedang berada dimasa akhir SMA, masa dimana tugas sedang banyak – banyaknya, ditambah dengan praktek ini itu yang menguras waktu lama hanya sekadar untuk latihan berkelompok.
Tak lama setelah Nara pergi aku pun memutuskan untuk pulang. Selama diperjalanan aku memikirkan akan kah aku bisa bertemu dengannya lagi. Anara, gadis sejuta pesona. Sesampainya dirumah, aku langsung merebahkan diri dikamarku, tak lama kemudian ponsel ku berdering. Menandakan ada panggilan masuk, dan setelah ku cek ternyata dari Rio teman kampusku.
“Oi kenapa bro”ucapku langsung.
“Eh lu udah balik ke Yogya belum?, atau masih dikampung?”tanyanya.
“Belum, kan libur masih panjang ngapain gua balik ke Yogya, emang kenapa ?”ucapku.
“Nah ini gua baru dapat info dari ketua BEM kalo seluruh anggota BEM harus hadir diacara rapat besar yang agenda nya 2 hari lagi, kan lu salah satu anggota BEM , berarti lu harus hadir, katanya sih sekalian perencanaan pelantikan MABA angkatan 2018, dan parahnya lagi karena banyak anggota BEM yang nggak hadir pas ada acara rapat ginian, ketua bakalan ngambil tindakan tegas sama anggotanya, mungkin bakalan dikeluarin dari keanggotaan kayaknya”ucap Rio menjelaskan.
“Duh mampus, kok gitu amat ya, belum juga setahun gua jadi anggota masa mau di keluarin aja, mana piagam dan tanda keanggotaan BEM gua belum dapat, duh yaudah deh demi keanggotaan gua, gua balik ke Yogya besok Insyaa Allah, sampai ketemu di Yogya bro,”ucapku.
            Untung koper yang kubawa pulang, belum  ku bongkar, jadi sekarang aku tak perlu susah susah untuk packing. Baru juga beberapa hari aku disini dan besok sudah harus kembali ke Yogya. Sepertinya Yogya kesepian bila aku pergi, makanya ia memintaku kembali. Kota pelajar aku kembali.
Jam 8 pagi, aku sudah sampai dibandara dan langsung menuju keruang tunggu,  dijadwal tertera bahwa pesawat yang aku tumpangi akan terbang 25 menit lagi. Waktu yang cukup lama, bagi diriku yang pembosan ini, akhirnya aku memilih untuk duduk dipojok, sambil melihat  orang – orang disekitarku. Tak sengaja aku menangkap sosok Nara. Ah tapi aku ragu apakah itu memang dia atau bukan. Dia tampak berlari menuju pintu keberangkatan, ah hendak kemana dia?. Aku memutuskan untuk menghubunginya, hanya ingin memastikan bahwa yang kulihat tadi benar dirinya atau bukan. Sayang sekali nomornya tidak dapat dihubungi, WA nya pun sama hanya bertanda centang satu. Menandakan pesan belum terkirim. Ini pertemuan ku yang ketiga dan kuharap masih ada pertemuan selanjutnya.
            Waktu terus berputar, dari aku yang awalnya pergi ke Yogya dan sekarang akan kembali dari Yogya, kurang lebih selama 6 bulan, selama itu pula aku mencoba menghubugi Nara, namun nihil hanya suara operator yang terdengar. Setiap hari dengan waktu yang berbeda aku mencoba menghubunginya, ratusan pesan yang kukirim tak satu pun dibalasnya. Oh mungkin semesta sedang bermain dengan ku. Aku berharap bisa bertemu dengannya lagi. Tetapi jika 6 bulan yang lalu adalah pertemuan terakhir ku dengannya, tak mengapa, aku rela, karena pada dasarnya, aku memang hanya orang asing yang singgah sekejap dikehidupannya, tanpa ada kepastian atau pun ikatan. Dan percayalah setiap yang pergi pasti akan kembali, dan setiap yang kembali pasti akan pergi, itulah realita sederhana kehidupan yang tak semua orang bisa menerimanya.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

contoh esai "Wisata Ku Pesona Alam Ku"

WISATA KU PESONA ALAM KU Kota Sungai Penuh dan Kabupaten Kerinci merupakan dua wilayah yang berada  di Pulau Sumatra, tepatnya di Provinsi Jambi. Sebagai wilayah atau daerah yang terkenal akan berbagai keunikannya, menjadikannya sebagai wilayah yang memiliki aset dan potensi yang dapat dikembangkan baik dalam sektor pariwisata, ekonomi, maupun budaya.Dibidang pariwisata salah satunya, Sungai Penuh, Kerinci merupakan daerah yang kaya akan objek wisata, bisa dikatakan beberapa objek wisata yang mungkin biasanya hanya bisa dinikmati dikota – kota besar,sekarang juga dapat ditemui di Sungai Penuh, Kerinci.Beberapa objek wisata yang terkenal diSungai Penuh, Kerinci antara lain, Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS), Danau Kerinci, Danau Kaco, Gunung Kerinci, Gunung Tujuh, Bukit Khayangan, Taman Pinus, Air Terjun Telun Berasap, dan lain-lain [1] .Objek wisata yang sangat digandrungi oleh orang – orang pada saat ini salah satunya adalah Bukit Khayangan . Bukit Khayangan merupakan salah

Cerpen "Kala Itu"

Kala Itu Karya : Aprilia Maorin Gadis itu menatap halaman demi halaman benda yang menjadi saksi kisah hidupnya,   berisi tentang sebagian kenangan yang tersimpan apik dalam sebuah album yang telah usang. Dimulai dari gambar semasa ia masih dalam gendongan sang mama, yang penuh cinta mendekapnya membagikan kehangatan kepadanya. Berlanjut ke halaman- halaman berikutnya, selalu terpampang gambar sang bocah nakal dengan beragam tingkahnya, dari belajar berjalan, bermain, tersenyum hingga menangis pun tak lepas dari bidikan kamera sang papa, yang selalu mengabadikan setiap momen sang buah hati tercinta, yang kini menjadi saksi bisu kisah hidupnya. Bocah nakal itu bernama Azalea Anastasya, yang akrab dipanggil zea, yang kini telah tumbuh menjadi seorang gadis cantik yang selalu tersenyum ramah menyapa dunia. Perlahan tapi pasti gadis yang sedang menatap lekat- lekat sosoknya dimasa kecil   yang ada disetiap gambar yang terpampang itu, menarik sudut bibir dan membentuk lengkungan bu

Cerpen "Harapan Dibalik Kesuksesan"

Harapan Di Balik Kesuksesan Matahari pulang keperaduannya, siang pun kini berganti petang, birunya langit berganti dengan jingganya senja. Sseorang gadis masih dalam posisi yang sama , duduk manis di balkon rumahnya menikmati indah nya senja. Dia bernama Irenia Oryza Sativa,seorang remaja yang kerap disapa iren, seorang  penikmat senja, penikmat  hujan, dia menyukai segalanya, kecuali satu hal yang tidak disukainya yaitu harapan.Harapan satu kata yang mungkin setiap orang pasti memiliki nya, tak terkecuali Iren dia juga pernah punya harapan, namun sekarang berbeda dia tidak suka harapan, karena yang dia tahu harapan hanya akan mengecewakan. Ujian demi ujian sudah terlewati, salah satunya ujian bagi pelajar yaitu ujian semester, dimana proses belajar selama 6  bulan diuji hanya dalam 1 minggu, bukan tergantung siapa yang pandai namun siapa yang pandai – pandai, ada 2 pilihan yaitu untung atau buntung, itu kembali ke diri kita sendiri ingin menjadi yang beruntung atau sebaliknya.I