Kala Itu
Karya : Aprilia Maorin
Gadis
itu menatap halaman demi halaman benda yang menjadi saksi kisah hidupnya, berisi tentang sebagian kenangan yang
tersimpan apik dalam sebuah album yang telah usang. Dimulai dari gambar semasa
ia masih dalam gendongan sang mama, yang penuh cinta mendekapnya membagikan
kehangatan kepadanya. Berlanjut ke halaman- halaman berikutnya, selalu
terpampang gambar sang bocah nakal dengan beragam tingkahnya, dari belajar
berjalan, bermain, tersenyum hingga menangis pun tak lepas dari bidikan kamera
sang papa, yang selalu mengabadikan setiap momen sang buah hati tercinta, yang
kini menjadi saksi bisu kisah hidupnya. Bocah nakal itu bernama Azalea
Anastasya, yang akrab dipanggil zea, yang kini telah tumbuh menjadi seorang
gadis cantik yang selalu tersenyum ramah menyapa dunia.
Perlahan
tapi pasti gadis yang sedang menatap lekat- lekat sosoknya dimasa kecil yang ada disetiap gambar yang terpampang itu,
menarik sudut bibir dan membentuk lengkungan bulan sabit dibibir indahnya. Tak
menyangka bahwa sosok yang ada digambar itu adalah dirinya. Dirinya yang
dulunya hanya seorang bocah nakal yang selalu merepotkan kedua malaikat tak
bersayap nya, yang dipanggil dengan sebutan mama dan papa. Dua sosok yang paling
berharga dalam hidupnya, yang selalu membahagiakannya dan selalu melindunginya
meskipun nyawa taruhannya itulah arti mereka bagi sang gadis.
Gadis
itu mencoba masuk kembali kedalam masa kecilnya, mencoba menjiwai gambar yang
ada dihadapannya saat ini ,ia ingin kembali kemasa kecilnya, masa dimana ia
masih merasakan hangatnya dekapan dan kasih sayang orang tua, masih bisa
menghabiskan waktu bersama orang tua. Namun itu hanya ilusi semata, mana
mungkin kita bisa memutar waktu untuk kembali ke masa lalu. Sekarang ia tengah
mengamati untaian kalimat sederhana sang mama yang ada dibalik saah satu gambar
yang ia lihat tadi “ulang tahun Zea yang
ke-1, tetap jadi putri kecil mama sama papa ya sayang, jadi anak sholehah, dan
membanggakan keluarga ya nak. Jadi anak
perempuan yang kuat ya sayang. Mama dan papa sayang Zea ”, itulah kira – kira
ungkapan mama dibalik gambar tadi. Tak butuh waktu lama air yang tadinya hanya
menggenang dipelupuk mata, kini menganak sungai dikedua pipi sang gadis, ia
menangis dalam diam, masih berusaha untuk menahan isak tangisnya yang membuat
rasa sesak didada. Langit pun seolah tahu apa yang tengah dirasakan sang gadis
pun ikut menangis dalam gerimis. Pertahanan yang ia buat sejak tadi akhirnya runtuh
juga, air mata nya pun turun tanpa izin membasahi kedua pipinya, isak tangis
yang tadinya ia tahan pun mulai menunjukkan suaranya. Dalam tangisnya pun, ia
masih menikmati setiap lembar demi lembar halaman album, lagi – lagi mencoba
masuk kembali dalam dunia kenangan, dunia masa kecilnya, masa dimana ia bisa
menghabiskan waktu bersama orang yang ia cintai, bersama kedua malaikatnya. Karena
dia merasa masa yang paling bahagia adalah masa dimana kita masih bisa tersenyum
bersama kedua orangtua .
Hanya
satu kata yang bisa mewakili perasaannya saat ini yaitu rindu, ia rindu pada
malaikatnya, malaikat yang dulu selalu memeluk dan mendekapnya, dan selalu
memberi kehangatan padanya, selalu menghapus air matanya saat ia mengais,
selalu membuat ia bahagia apapun caranya. Ia rindu, teramat rindu kepada
malaikat yang sekarang tak bisa ia temui lagi saat ini. Kedua malaikatnya telah
kembali, kembali kepada sang pemilik segalanya yaitu kepada sang pencipta. Tak
ada siapa pun dapat menolak jika Dia telah berkehendak.
Orang
tua nya meninggal dunia akibat kecelakaan, namun sayang nyawa keduanya tak
tertolong, keduanya meninggal dalam perjalanaan menuju rumah sakit. Hari itu, menjadi
hari terburuk bagi sang gadis, ia harus kehilangan kedua malaikatnya. Semua
kerabatnya berduka, isak tangis ada dimana – mana, semua merasa kehilangan atas
meninggalnya orang tua zea, begitupun dengan sang gadis, sosok yang sangat terpukul
atas kejadian itu, sang gadis sempat mengalami masa sulit, masa transisi dimana
biasanya hari – harinya ditemani oleh kedua malaikatnya tapi sekarang berbeda,
malaikatnya tak lagi ada disisinya.
Setelah
kejadian itu, zea tinggal bersama tantenya, meskipun ada sosok tante yang
menjadi pengganti orang tua bagi zea, tetap saja , rasanya pasti beda, tidak
akan ada yang bisa menggantikan sosok malaikat
dihatinya. Tante nya sangat berjasa dalam kehidupan zea, dia yang merawat zea
dari kematian orang tuanya hingga kini ia tengah menempuh pendidikan dibangku
perkuliahan. Tante nya memperlakukannya sangat baik, sama halnya dengan ia
memperlakukan anaknya sendiri Ziko yang merupakan sepupu dari zea yang hanya
berbeda 2 tahun diatasnya. Disana ia kembali merasakan hangatnya keluarga,
meskipun bukan bersama malaikatnya.
Sebenarnya
ia tidak mau kembali mengenang kejadian pahit dalam hidupnya, karena itu sama saja
dia membuka kembali luka lama yang telah berusah ia tutup rapat rapat. Ia tidak
mau lagi menangisi apa yang telah terjadi, karena semua yang terjadi adalah
rencana Allah Swt. yang dia harus tanamkan alam hati adalah bahwa setiap apa
yang terjadi, semua atas kehendak-Nya, dan apa pun yang ia rencanakan itulah
yang terbaik untuk kita. Begitu pula dengan kehilangan yang dialaminya, mungkin Allah lebih sayang
kepada orang tua zea, sehingga Dia menjemputnya untuk kembali pulang
kepada-Nya.
Sudah
hampir setengah jam ia menatap lembaran demi lembaran album dalam isak tangis,
tapi ia tidak ingin menutupnya walaupun ia tahu, selama ia masih mencoa mengenang
masa kecilnya, selama itu pula air mata tetap membanjiri pipinya. Tapi untung
saja saat ini zea sedang sendiri di dalam kamarnya, jadi ia merasa tenang dan
tidak ada yang tahu bahwa ia sedang menangis. Entah apa yang membuatnya bisa
sampai membuka album yang selama ini tak menarik baginya, karena dulu baginya
hanya sebuah album usang yang mulai pudar. Berawal dari kecerobohannya
menjatuhkan buku - buku diatas lemarinya, termasuk buku usang itu, dan melihat
beberapa gambar berceceran dilantai. Saat itulah ia mulai tertarik melihat ada
gambar anak kecil dengan beragam gayanya ada digambar itu, ia yang tak tahu
bahwa itu adalah dirinya.
Karena
merasa tertarik dengan setiap gambar yang telah dilihatnya ia ingin menikmati
album itu sepenuhnya, menikmati hingga gambar terakhir yang ada dialbum itu,
yang membuat ia samapi kini tak berhenti menahan isak tangis, menahan gejolak
rasa yang menyesakkan dada. Ia rindu rindu pada malaikatnya.
“Mama, papa Zea rindu”, akhirnya ia
mampu bersuara meski dalam isak tangis. Ia hanya berharap, malaikatnya mendengar
salam rindu darinya.
Setelah
beberapa lama, tangisnya pun mulai mereda, ia hanya menatap gambar – gambar
dihadapannya dengan senyuman, walaupun itu hanya sebuah senyuman yang
dipaksakan, tapi tetap saja setidaknya ia telah berusaha meredakan tangisnya
dan menggantikannya dengan senyuman. Sampai lah ia pada gambar terakhir yang
ada dialbum, gambar dimana saat ia memenangkan lomba puisi tingkat kota, gambar
dimana ia tersenyum bahagia, sambil mengangkat tinggi pialanya. Yang kalau ia
tidak salah gambar itu merupakan gambar yang diambil 3 hari sebelum kejadian
naas tertjadi pada orang tuanya. Dan sekaligus menjadi gambar terakhir dialbum
usang itu, gambar terakhir yang menjadi saksi bisu hidupnya dialbum itu.
Dialbum yang dibuat oleh malaikatnya. Dibalik gambar terakhir itu ia temukan
lagi untaian kata mama untuknya “anak mama hebat, anak mama juara. Terus
berprestasi nak, mama sama papa bangga sama Zea. Selalu tersenyum ya nak,apapun
yang terjadi nanti, jadilah gadis yang kuat. Jangan cengeng, terus semangat
putri kecil mama, semoga cita – citanya tercapai, bisa jadi guru. Aamiin. Doa
mama selalau menyertai mu nak. Buatlah dunia bangga memilikimu sayang”. Ia
tidak ingin menangis lagi, ia terlalu lelah untuk menangis, ia berjanji dalam
dirinya, ia akan membuat orang tuanya bangga padanya. Dan membuat dunia bangga
telah memilikinya. Karena terlau lelah menagis gadis itu pun tertidur pulas
sambil mendekap album usang.
Waktu
terus berjalan, tak peduli banyak manusia yang menyesal mengapa waktu berjalan
sangat cepat. Waktu tak bisa dihentikan ia akan berjalan sampai Allah berkata berhenti,
waktumu didunia sudah habis, saatnya kembali. Baru waktu kita akan berhenti dan
hidup kita didunia pun akan berhenti untuk selamanya.
Tak
terasa ia sekarang sudah menginjak semester akhir didunia perkuliahan, semester
dimana ia sibuk mengurus segala macam tugas dan skripsi demi mendapatkan gelar
sarjana. Semenjak setelah ia membaca untaian kata sang malaikat dialbum usang
itu, ia menjadi lebih semangat, dan lebih giat dalam menyelesaikan tugasnya, karena
ia harus membuktikan kepada mamanya, bahwa ia kuat, ia hebat, dan ia akan
membuat malaikatnya bangga padanya meskipun mereka tak berada disisinya saat
ini. Ia selalu mensugestikan itu pada dirinya didepan cermin
“zea kuat, zea hebat, zea bisa membuat
dunia bangga pada zea”, ucapnya setiap pagi sebelum kekampus. Itu sudah menjadi
rutinitasnya, seolah menjadi motivasi baginya agar lebih semangat.
Hari
ini, hari yang dinanti - nanti oleh para mahasiswa yang telah menyelesaikan
kuliahnya. Termasuk Zea , mahasiswa jurusan Pendidikan Fisika di Universitas
Negeri Sebelas Maret Surakarta, hari dimana ia bisa mengenakan pakaian wisuda
dan toga, hari dimana, ia resmi menjadi seorang sarjana. Namanya disebut
didepan ratusan mahasiswa dan para orang tua, menjadi seorang sarjana pendidikan
dan mendapat predikat menjadi lulusan terbaik Fakultas Pendidikan dan Keguruan
(FKIP) ilmu fisika dan dengan bangga ia menyalami para rektor setelah tali
ditoganya dikesampingkan oleh rektor, yang menandakan ia telah menjadi sarjana.
Satu kata yang melambangkan persaaannya saat itu, bahagia, ia bahagia bisa
lulus dan menjadi lulusan terbaik. Disamping itu ia bahagia, karena bisa membanggakan
malaikatnya meski malaikatnya tak ada disini saat ini, ia bangga bisa menjadi
seorang sarjana. Meski perjuangan ini penuh dengan pengorbanan, dan perjuangan masih
panjang dan ini belum apa – apa dibandingkan dengan nanti yang akan dihadapinya,
sampai tahap ini saja dia sudah sangat bersyukur, ia bisa membanggakan
keluarganya.
Setelah
acara inti selesai, seperti sudah menjadi ritual, setiap acara wisuda para
orang tua pasti akan berfoto dengan anak nya yang tengah mengenakan toga,
setiap orang tua pasti bangga karena telah berhasil meyekolahkan anaknya hingga
menjadi seorang sarjana. Zea juga yakin orang tuanya juga bangga melihatnya
saat ini, sedang memakai toga dan selempang lulusan cumlaude. Zea agak iri
melihat teman – temannya yang saat wisuda seperti ini, bisa dihadiri oleh orang
tuanya, bisa berfoto bersama orang tuanya, dan yang pasti bisa melihat senyum
bahagia yang terpancar dari kedua orang tuanya. Ia juga ingin seperti mereka.
Disaat ia sedang menatap sendu kerah teman - temannya yang sedang berfoto ria
bersama orang tuanya, tak lama setealh itu ia dikejutkan dengan teriakan
sepupunya Ziko.
“Selamat ze yang udah jadi sarjana,
dapat cumlaude lagi. Semoga ilmu yang kamu dapat selama kuliah bisa bermanfaat bukan
untuk dirimu sendiri tapi juga untuk
orang lain ya dek”, ucapnya sambil memberikan zea sebucket bunga.
“Makasih mas “, ucapnya .
“Selamat ya keponakan tersayang
tante sekarang udah jadi sarjana, nama kamu udah ada gelar sekarang ze, Azalea
Anastasya , S.Pd. , tante bangga sama kamu sayang”, ucap sang tante setelah
mencium pipi keponakan tersayang nya itu.
“Makasih banyak tante, tanpa tante
zea nggak bakal bisa seperti ini, makasih tante udah ngerawat zea sampe zea
bisa jadi sarjana seperti ini, makasih tante, zea sayang tante, makasih udah
jadi orang tua pengganti buat zea”, ucapnya memeluk sang tante.
“iya sayang, kamu kan udah tante
anggap anak tante sendiri”, balas sang tante.
Setelah
acara selesai, mereka pun pulang kerumah, selama diperjalanan zea tidak mengalihkan
pandangan dari luar jendela yang ditetesi tangisan langit. Diluar sedang
gerimis, dan zea sedang bimbang, ia ingin pergi kemakam orang tuanya, tapi ia
ragu ingin mengatakannya pada sang tante.
“Tante, ze boleh kemakam mama sama
papa nggak hari ini, ze pengen cerita, sekarang ze udah jadi sarjana. Pasti
mama sama papa bangga sama ze”, tanya pada tante sambil tersenyum sumringah.
“Boleh sayang, ini kita memang mau mampir
kesana kok ’’, balas tante.
Entah
sudah berapa lama ia tidak mengunjungi makam malaikatnya ini, karena ia takut
kalau ia kesini pasti ia akan menangis lagi dan lagi. Dan tante nya pun tidak
mengiizinkannya pergi sendiri, karena
takut zea pingsan dimakam orang tuanya.
“Tante sama mas pulang aja gapapa
kok, zea nanti pulang naik ojek online aja, zea mau disini lama, soalnya zea
udah rindu sama mama sama papa. Ze kan udah lama nggak cerita sama mama sama papa. Boleh ya tante ?”, ucap nya
setengah berbohong, padahal itu hanya alibinya agar tante, tidak melihat ia
menangis dimakam orang tuanya.
“Nggak apa - apa tante tungguin kok,
kamu kesana aja, tante liatin dari sini ya. Cerita aja selama ze mau.”, ucap
sang tante. Ia tidak mungkin meninggalkan zea sendiri dsini, dan ia juga tidak
mungkin bisa ikut zea masuk kepemakanan sekarang karena, ia tau keponakannya
butuh privasi, bercerita kepada orang
tuanya tanpa ada yang menganggunya, ia tahu zea merindukan kedua orang tuanya.
“Assalamualaikum mama papa, liat nih
zea sekarang udah pake toga zea sekarang udah jadi sarjana, zea juga dapat
cumlaude loh ma pa, mama sama papa bangga kan sama zea, zea kuat kan ma, zea
hebat kan pa, zea baik – baik aja kok walaupun sekarang ditinggal sama kalian.
Makasih mama dan papa udah buat album yang isinya semuanya tentang zea, zea
udah liat semuanya kok sampe terakhir, makasih ya ma pa. Maaf zea kemarin cengeng
habis liat albumnya, soalnya zea rindu banget sama kalian”, ucapnya dengan
riang meski agak bergetar menahan tangis, ia berkata seolah orang tuanya ada
dihadapannya saat ini, padahal seyogyanya ia sedang bercerita didepan gundukan
tanah.
“ma, pa zea kangen, zea boleh ikut
mama sama papa nggak ?. Zea pengen ikut kalian, zea pengen sama – sama terus
sama kalian, zea sayang mama sama papa”, ucapnya denagn isak tangis yang mulai
jatuh.
Sang tante yang khawatir akan
keadaan keponakannya akhirnya ikut menyusul.
“Udah yuk sayang, ga boleh nagis lagi,
kan ze harus kuat, kan ze hebat, ze harus ngebanggain orang tua ze, ze harus bisa
buat dunia bangga bisa memiliki ze”, ucap sang tante setelah dia melihat zea
sedang menangis diantara makam orang tuanya, sedang meratapi kesedihannya.
“Ayok pulang , tante udah masak enak
buat ze”, ucap sang tante.
“mama papa zea pulang dulu ya, kapan
- kapan zea kesini lagi , jangan bosen dengerin curhatan zea ya ma pa” , ucapnya
masih dalam isak tangis yang ditahan.
Akhirnya
zea pun pulang kerumah. Sejak saat itu ia mulai menjalani harinya yang baru
menjadi seorang guru disalah satu tempat bimbel terkenal di Solo. Predikatnya
menjadi lulusan terbaik, memudahkan nya mendapat posisi saat ini. Menjadi
seorang guru adalah impiannya, ia juga ingin seperti mamanya yang juga seorang
guru. Karena baginya guru merupakan salah satu profesi yang sangat mulia baginya,
ia ingin seperti mama yang selalu dikenang oleh siswa nya. Zea berhasil mendapat apa yang dicita - citakannya,
dan zea telah membanggakan kedua orang tuanya yang telah tiada, bahwa ia bisa menjadi
gadis kuat dan hebat seperti yang orang tuanya inginkan.
my website dog dildo,sex toys,dildo,vibrators,horse dildo,japanese sex dolls,wholesale sex toys,wolf dildo,sex toys Discover More Here
BalasHapus